Hari-hari gue menjadi indah semenjak kehadiran bidadari yang mewarnai hidup gue. Khayalan, tepatnya. Awalnya? Entahlah guepun enggak tau kapan gue mulai mengenal dia yang pasti dia itu cukup menjadi energi seperti teori Albert Einstein yang berbunyi “energi tak bisa dihilangkan namun bisa dirubah ke bentuk lain” apa hubungannya dengan dia? Dengan adanya dia dan kekaguman gue yang semakin memuncak terhadap dia menjadikan suatu bahan bakar bagi gue untuk semangat menjalani hari. Jadi, disini dia itu dalam artian sebagai semangat gue setiap hari dan bukanlah sosok yang gue kejar dan paksakan untuk menjadi bagian dari hari-hari yang membosankan ini. Gue gak mau semangat ini hilang, makanya gue enggan melangkah lebih lanjut untuk menuruti khayalan gue karena semua ini semu. Mana mungkin seorang wanita nan cantik dan nyaris sempurna di mata gue mau sama cowok yang hina dina ini? Banyak yang bilang bahwa semuanya tidak ada yang tidak mungkin. Tapi, coba kalo mereka berada di posisi si cewek yang nyaris sempuna tersebut? Apakah mereka akan mengatakan hal yang sama? Gak mungkin *banting gelas*. Mungkin ini yang dinamakan cinta yang tak memerlukan tanda jasa, seperti guru-guru seangkatan Oemar Bakti dengan tas lusuh dari kulit buaya. Itulah cinta, 1 kata yang penuh dengan ke_bullshit_an di dalamnya. Apakah gue benci dengan cinta? Nggak juga. Gak ada alasan gue membenci cinta karena kami tak saling kenal sebelumnya walaupun kadang gue bisa merasakan keberadaannya. Bagi gue cinta itu bersifat ghaib, makanya bukan cuma Ki Joko Bodo aja yang mampu merasakan hal-hal ghaib, gue juga bisa. Contohnya yaaa cinta. Semakin jauh dengan dia semakin gue mengerti apa yang dinamakan rindu, mungkin bila Rindu dimasukkan kedalam soal-soal Ujian, gue bisa menjawabnya dengan gamblang disertai sedikit ramuan puisi cinta dan gombalan-gombalan sebagai bumbu penyedap. Rindu dan kangen memiliki arti yang bisa dibilang sama. Karena kangen adalah padanan kata dari rindu. Jadi, kenapa gue bahas rindu? Gak ada kata-kata lagi, mungkin iya. Banyak kata yang bisa dirangkai untuk menyatakan cinta dan rindu namun sedikit yang bisa dilakukan untuk membuktikan hal tersebut. Mungkin karena ekspektasi seseorang yang berlebihan terhadap kedua hal tersebut. Ketika ada yang mengira dirinya nomor satu di mata pasangannya padahal sebenarnya hanya dianggap sebuah buku yang diperhatikan ketika mau ujian saja, setelah selesai ujian, abaikan. Apakah teori gue benar? Enggak juga. Sekali lagi gue dan cinta gak saling mengenal satu sama lain, jadi gak usah dipusingin kata-kata gue ini. Gue aja pusing dengan apa yang gue tulis karena semua ini seperti Kevin Aprilio yang lagi main piano. Mengalir begitu aja. Bedanya, dia dengan penghayatannya, gue dengan rasa asem di mulut yang belum ketemu rokok. Tentang judul Sekilas Cinta Sedikit Rindu hanya sebuah kiasan dari pandangan gue tentang kedua hal tersebut. Gue hanya tau sedikit tentang semua itu. Korban keindahan kisah FTV? Mungkin iya. Jadi kalian jangan jadikan pedoman hidup dalam mencari cinta, karena masih banyak referensi yang masuk akal tentang cinta dan rindu. Ada yang mengatakan bahwa kedua hal tersebut berkaitan erat dengan hati. Ya, gue gak menyalahkan karena gue bukan guru lagipula hati itu bukan otak. Andai hati da otak memiliki tipikal yang sama dan saling mempengaruhi mungkin seseorang yang sedang dimabuk asmara bisa mengontrol hidupnya dan tindakannya. Seperti gue, kalo lagi mabuk kepayang minum segelas asmara, gue bisa menjadi sosok pria jelek yang gak tau malu di depan gebetan atau pacar gue. Coba kalo rasa itu telah hilang, apakah gue masih mau melakukan itu. Malu, iya.